Namitsutiti

Let's enjoy our Fanfiction

Study With a Kissing

42 Comments


req-swk-nt4

poster by : Flickerbeat (OverClass) @OverWorld

Tittle » Study With a Kissing

Author » Namitsu Titi

Rate » T, 16+

Length » Shortfic | Ficlet

Genre » School-life, Fuff and Romance

Cast » Park Jiyeon [T-ARA], Byun Baekhyun [EXO]

Support Cast : Kim Jongin, Park Chanyeol

Disclaimer » Semua cast milik orang tuanya masing-masing dan Tuhan YME. Popularitas Cast milik agency dan diri nya masing-masing. Tapi, alur cerita milik saya.
.
© 2015 Namitsu Titi

.

~Happy Reading~

.

.

.

.

Guru Song berdiri dari duduknya, menatap anak didiknya penuh perhatian. “Anak-anak, belajarlah yang serius, oke? Dua hari lagi kalian ujian akhir semester.”

“Ne, Songsaenim,” jawab muridnya serempak. Tetapi tidak sepenuhnya memaknai. Ayolah, bukankah belajar itu sesuatu yang sangat tidak disukai dan berakhiran malas? Ugh, tentu saja kalimat seperti ini tidak tertempel sedikit pun di otak anak-anak rajin.

“Baekhyun-ah, perhatikan nilai-nilaimu, Nak. Belajarlah lebih giat lagi.”

“Arraseo,” tanggap Baekhyun singkat. Meskipun tengah berhadapan dengan sang guru, Baekhyun tidak sedikit pun menunjukkan sikap ramahnya. Ekspresi datarnya sungguh tak cocok dengan wajah imutnya itu.

***

“Byun Baek, Byun Baek, kau mau belajar bersamaku?” Jiyeon, ‘teman sebangkunya’, mencondongkan tubuhnya ke arah Baekhyun, sementara kedua tangannya berada di atas meja. Jiyeon memperlihatkan senyumnya selebar mungkin. Ia menatap Baekhyun gemas, khas tatapan seperti melihat anak kecil yang imut. Setelah beberapa detik terdiam, Baekhyun memberikan respons dengan menggelengkan kepala.

“Yaaa, Baek, kenapa tidak mauuu? Kau memangnya ingin sengsara saat ujian, eoh?” Jiyeon memprotes kecil, wajahnya membentuk ekspresi cemberut. Jiyeon menjauhkan tubuhnya dari Baekhyun, kemudian berdiri dari duduknya. Jiyeon terdiam sebentar, setelahnya ia menarik-narik lengan Baekhyun agar ikut berdiri.

“Apa yang kau lakukan, eoh?” tukas Baekhyun agak kesal, kepalanya mendongak menatap Jiyeon yang tengah berdiri di sisinya. Tak tahukah, bahwa saat ini Baekhyun sedang malas diganggu?

Jiyeon memanyunkan mulutnya mendengar nada kesal Baekhyun. “Temani aku ke kantin, Baekkie~” Jiyeon mengayun-ayunkan lengan Baekhyun seperti anak kecil.

Baekhyun mendesah malas, menatap Jiyeon lekat, “Aku sedang malas meninggalkan kursiku. Kau pergi dengan Chanyeol saja, ne?”

Jiyeon semakin memajukan bibirnya. Ternyata Baekhyun lebih memilih kursinya daripada dirinya. Menyebalkan!
Jiyeon mengatupkan bibirnya lagi karena gagal menyela Baekhyun ketika lelaki di sampingnya bergerak memanggil Chanyeol.

“Yeol, temani Jiyeon ke kantin, ya?” nada suara Baekhyun cukup keras, lantaran Chanyeol sedang berada di dekat pintu kelas.

“Ah, maaf, Hyung, aku akan pergi dengan kekasihku.”

Aaa … jawaban yang bagus, Yeol!

Jiyeon memandang Chanyeol dengan mata berkilauan. Dan Chanyeol sangat mengerti arti tatapan Jiyeon kepadanya. Maka dari itu, Chanyeol menampakkan senyum evil-nya. Ah, lihatlah, bahkan sahabat Baekhyun sendiri lebih berpihak pada dirinya. Ha-ha-ha.
Sedang Baekhyun berdecak kesal mendengar jawaban Chanyeol yang sangat tidak membantunya sama sekali.

“Baekkie~ Baekkie~” rengek Jiyeon, mengayun-ayun kecil lengan Baekhyun, sekaligus merajuk sepertinya.

“Hahhh … baiklah. Ayo.”

“Yeyyy! Gomawo, Baekkie~” Jiyeon segera menarik Baekhyun semangat menuju kantin. Tangannya merangkul erat lengan kiri Baekhyun sambari menyengir ria. Tidak mempedulikan orang-orang yang melihatnya aneh-seperti menangkap pemandangan sepasang kekasih yang sedang bermanja.

“Jalannya biasa saja, tidak perlu memeluk lenganku. Lihatlah, mereka memandangi kita gerah.”

“Biar saja! Mereka iri dengan kemesraan kita. Huh, seperti baru lihat saja,” Jiyeon menggerutu dan mendekatkan tubuhnya lagi pada Baekhyun.

***

Kini Baekhyun dan Jiyeon sudah berada di kantin. Sebelah tangan Baekhyun bertengger nyaman di pinggang Jiyeon, sementara gadis itu asyik melahap makanannya. Keadaan kantin sudah tidak terlalu ramai, mengingat lima menit lagi jam pelajaran selanjutnya dimulai. Jadi nyantai-nyantai saja Baekhyun melakukan kontak fisik dengan kekasihnya.

“Baek, kau yakin tidak ingin belajar bersamaku?” ujar Jiyeon setelah menghabiskan makanan dan minumannya. Lagi-lagi Baekhyun tidak memberikan respons berlebih, lelaki itu hanya mengangguk. “Tapi aku khawatir dengan nilaimu, Baek. Ini ujian kenaikan kelas. Bukan main-main lagi.”

“Tenanglah, aku akan belajar.” Baekhyun membalas tatapan Jiyeon dengan senyum lembutnya. Baekhyun mengusak beberapa kali pucuk kepala Jiyeon sebelum terkekeh karena wajah Jiyeon terlalu serius.

“Tapi kau pasti belajarnya sedikit. Sepuluh menit pun tidak. Maka dari itu, ayo belajar bersama. Aku akan mengajarimu, ya?”

“Tidak, aku akan menambah waktu belajarku sepuluh menit lagi. Kau tenang saja, ada teman-teman yang akan memberiku jawaban.”

“Tapi, Baek ….”

“Sudah, tenang ne? Hei, kenapa malah menangis, eoh?” Baekhyun langsung saja menggerakkan jarinya menghapus air mata Jiyeon yang menggenangi pelupuk mata gadisnya. Baekhyun mendekatkan jarak keduanya, kemudian memeluk Jiyeon lembut.

***

Dua hari pun berlalu, dan kini adalah hari pertama ujian di sekolah Baekhyun. Seperti apa yang telah dikatakannya, Baekhyun mengisi lembar jawabannya dengan hasil meminta-minta. Hari pertama adalah pelajaran Sastra Bahasa dan ini menyebalkan sekali bagi Baekhyun. Yeah, menyebalkan, mengesalkan, sekaligus memusingkan. Baekhyun sesekali menggaruk kepalanya ketika membaca soal cerita yang sungguh membuatnya ingin diajak bekelahi.

Jiyeon, yang melihat aksi kecurangan kekasihnya hanya bisa menghela napas berkali-kali. Baekhyun memang tidak meminta satu pun jawaban darinya, tapi Jiyeon tetap tidak rela Baekhyun mengisi lembar jawabnya dengan kebohongan. Sebetulnya, Baekhyun tanpa meminta jawaban kepada orang lain pun, lelaki itu bisa mendapatkan nilai pas KKM, tetapi kekasihnya itu memang tidak percaya dirian sekali. Menurutnya, Baekhyun bukan seseorang yang mempunyai kesulitan dalam belajar atau semacamnya. Ia pernah mengajari Baekhyun, dan dalam sekali penjelasan, Baekhyun sudah mampu memahaminya. Jiyeon memperkirakan bahwa belajar sedikit pun, Baekhyun sudah berada di zona aman dalam nilainya. Apalagi kalau Baekhyun benar-benar belajar serius, ia yakin Baekhyun akan menduduki peringkat satu di kelas, bukan peringkat sepuluh dari urutan terakhir. Memang dasarnya Baekhyun malas belajar, jadi tak ada kemajuan sedikit pun dari dulu.

***

“Chanyeol?” panggil Baekhyun dengan suara berbisik.

“Chanyeol?” Chanyeol masih tetap tidak menoleh kepadanya. Padahal Baekhyun yakin, Chanyeol mendengarnya.

“Chanyeol? !” Baekhyun menambah volume suaranya, menggeram kesal dalam hati, karena Chanyeol tak kunjung menyahutinya. Harusnya dengan volume suaranya yang sebesar ini, Chanyeol sudah menoleh kepadanya, mengingat saat ujian Sastra Bahasa saja, Chanyeol sudah melirik ketika panggilan pertamanya. Tapi mengapa Chanyeol tetap diam saja?
Karena sudah kesal dan jengkel, akhirnya Baekhyun memutuskan untuk meminta jawaban teman yang lainnya.

“Kai?” Baekhyun sedikit menggoyang-goyangkan kaki kursi Kai yang ada di depannya.

“Kai!!” panggil Baekhyun kesal, bahkan ia melupakan suaranya yang harus dikecilkan.

Oh sial, Kai dan Chanyeol sama saja. Sama-sama penghianat. Tidak mau membantunya sama sekali. Padahal dirinya selalu memberikan jawabannya ketika dimintai oleh Chanyeol maupun Kai. Tch, teman macam apa itu!

Kegaduhan yang dibuat Baekhyun ternyata sampai di telinga guru pengawas, yang tengah duduk di kursi guru. Tak heran jika pengawas tersebut kini menatap Baekhyun tajam dan menegurnya.

“Byun Baekhyun, sekali lagi kau berulah, saya akan merobek lembar jawabmu.”

Shit! umpat Baekhyun.

***

“Baekhyun, maaf tadi tidak membantumu,” ucap Chanyeol begitu ujian di hari pertama selesai dilaksanakan. Kai yang berjalan di samping Chanyeol mengangguki ucapan Chanyeol.

“Ne, Baekhyun, aku juga minta maaf.”

“….”

“Baekhyun~” panggil Kai dan Chanyeol bersamaan. Namun Baekhyun tetap diam saja.

“Baek-” Chanyeol dan Kai mecoba memanggil lagi, tapi Baekhyun dengan cepat menyelanya.

“Berisik!”/”Baekkie~”

Baekhyun menyela kedua temannya bersamaan dengan Jiyeon menyapanya. Jadi seolah-olah bentakan Baekhyun tertuju pada Jiyeon yang baru saja dilewatinya tanpa ia sadari.

Jiyeon menundukkan kepalanya, menahan matanya agar tidak berair saat Baekhyun membentaknya-oh tidak, Jiyeon salah paham.

Disisi lain, Jiyeon berpikir kalau Baekhyun sudah mengetahui alasan mengapa Chanyeol dan Kai tidak memberi jawaban Matematika, dan dirinyalah yang menyuruh mereka untuk bersikap mengabaikan, karena Jiyeon ingin mengubah kebiasaan Baekhyun. Wajar saja kalau Baekhyun marah padanya dikarenakan ulahnya. Itulah yang sedang dipikirkan Jiyeon sekarang, meski pada kenyataannya, Baekhyun mengeluarkan emosinya pada temannya, bukan dirinya.

“Hei, Baekhyun, kau baru saja membentak kekasihmu!” Chanyeol mencekal lengan Baekhyun agar temannya itu berhenti dan mendengarkannya.

Baekhyun mengernyitkan alisnya bingung mendengar penuturan Chanyeol. Hei, ia baru saja membentak makhluk di depannya ini, bukan kekasihnya. Lagipula ia tidak melihat Jiyeon di sini.

“Aish! Lihat, ada kekasihmu di sebelah sana dan m-e-n-a-n-g-i-s karena suaramu tadi.” Chanyeol menunjuk-nunjuk dimana Jiyeon berada menggunakan dagunya.

Baekhyun mengikuti ke mana arah pandang Chanyeol. Seketika Baekhyun membulatkan matanya begitu iris matanya menangkap sosok Jiyeon yang tak jauh dari tempatnya berdiri.
Kekasihnya itu tengah mengusap air matanya sambil terisak kecil.

“Astaga. Ini gara-gara kau Chanyeol. Kalau kau tidak memanggilku terus, aku tidak mungkin berkata kasar. Dan sekarang Jiyeon salah paham.”

“Aaahhh … sudahlah, cepat minta maaf kepadanya. Aku tidak ingin terkena imbasnya.” Chanyeol mendorong-dorong Baekhyun supaya Baekhyun segera hengkang (?) dari hadapannya dan cepat berbaikan dengan kekasihnya. Chanyeol tidak ingin lagi mendapatkan pelampiasan Jiyeon jika gadis itu tengah ngambek kepada Baekhyun. Sebab Jiyeon selalu menyuruh-nyuruh kepadanya.

***

Tubuh Jiyeon tersentak kaget saat tiba-tiba saja ditarik seseorang yang kemudian berakhir terperangkap dipelukannya. Jiyeon semakin terisak begitu mengetahui bahwa yang memeluknya adalah Baekhyun, dan ia teringat lagi dengan kejadian tadi.

“Sudah, jangan menangis lagi. Maafkan aku. Aku tidak bermaksud membentakmu, kau salah paham. Tadi aku membentak temanku.”

“Hiks … tapi aku juga salah, Baek. Mianhae, aku yang menyuruh mereka untuk tidak membantumu.”

Baekhyun menghela napasnya mendengar ucapan Jiyeon. Pantas saja teman-temannya tidak seperti biasanya. Sungguh, jika saja Jiyeon tidak sedang menangis seperti ini, ia akan mengomeli Jiyeon karena sudah tega kepadanya.

“Ne. Aku memaafkanmu. Berhentilah menangis. Kau bukan bayi lagi.”

“Huh!” Jiyeon mencubit pinggang Baekhyun karena meledeknya. Ringisan pelan terdengar dari Baekhyun.

“Ayo belajar bersama, Baekkie~” Jiyeon menatap dalam mata Baekhyun, memelas.

“Hhhh … jangan paksa aku.”

“Ayolah~ nanti aku beri hadiah.”

“T-i-d-a-k.”

“Ugh, kalau begitu aku akan memberikan hadiahnya pada bayi lucu adikmu saja. Ciuman pertama bibirku akan kuberikan kepadanya. Weeqq~~~” Jiyeon melepaskan pelukan Baekhyun dan tersenyum mengejek.

Uwahhh … Baekhyun langsung gelagapan mendengar perkataan Jiyeon. “Y-ya! M-mana bisa begitu. Aku saja belum pernah merasakannya.”

“Huh, apa peduliku!” Jiyeon berjalan angkuh menjauhi Baekhyun.

“Aish! Baiklah! Aku akan belajar bersamamu. Dan kau jangan menyesali itu!” teriak Baekhyun, lalu berlari menyusul Jiyeon.

***

~Kediaman Keluarga Baekhyun, ruang tengah~

“Huweee … Ahjuma~ Baekhyun yang imut-imut ini mesum~~~” rengek Jiyeon sambil berusaha menjauhkan bibir Baekhyun yang terus menciumi pipinya setiap lima menit sekali.

Sedangkan Baekhyun malah tertawa renyah. “Haha … bukankah aku sudah bilang, kalau aku tak ingin belajar bersamamu, eoh? Asal kau tahu, aku selalu gemas pada pipimu jika sudah berdekatan seperti ini.”

“Ughhh … ya sudah, sekarang aku pulang saja. Kita belajarnya cukup dua puluh menit! Besok lagi!”

“Woahhh … itu malah bagus! Hari ini aku malas sekali belajar. Nah, sebelum pergi, kau berikan dulu hadiahku.”

“Huuu … tidak mauuu~ Baekkie kan sudah mencumiku terus.”

“Eitsss … harus menepati janji.” Satu tangan Baekhyun yang lain memegang lengan Jiyeon agar tetap diam, sementara tangan yang satunya lagi menangkup sebelah pipi Jiyeon. Baekhyun tersenyum geli dengan wajah Jiyeon yang nampak lucu dan bola matanya yang mulai berair. Tanpa membuang-buang waktu, Baekhyun segera medekatkan wajahnya pada Jiyeon. Perlahan, Baekhyun menempelkan bibirnya di atas bibir Jiyeon.

Hiksss … Jiyeon hanya bisa meratapi ciuman pertamanya yang tidak romantis sama sekali.

.

.

END

Ahhh gimana FFnya hehe 😀 aku minta komentarnya aja ya 😀

 

42 thoughts on “Study With a Kissing

  1. hwaaaa romantisnya mreka ini.

    Like

  2. hhaa byuntae….

    Like

  3. Ya ampun baekhyun curang tuh… Udh puas cium2in pipi jiyeon ditambah hadiah kiss dri jiyeon pula, pdhlkan blajar’y cmn sbentar hanya 20menit aja. Ckckck, dsr baekhyun dikasih hati mlh minta jantung… ^^

    Like

  4. kmpret ini romantis bat :g tpi kurang panjang hehe tpi pkoknya bagus!!!!

    Like

  5. Baekhyun curang weh.. Kasian pan jiyeonnya, gk sesuai harapan.. Keren!! Tp yah gtu, kependekan..

    Like

  6. kasian jiyeon first kisssnya ngk romantis wkwkwk.baek seharusnya cari waktu yg tepat donk jagan langsung,nyosor gitu

    Like

tinggalkan balasan