Namitsutiti

Let's enjoy our Fanfiction

[FF Freelance] Remember Me (When The Slave God Fall in Love) Chapter 2

Leave a comment


Akun wattpad : @HermawatiMila

Author : hermawatimila

Genre : Action, Fantasy, Colosal and Romance.

Cast : Kai exo, Lucas nct, Kris ex EXO, Luhan ex- EXO, Baekhyun EXO dan Kristal FX

Kamu itu siapa?

Sekian ratus tahun, perubahan besar-besaran terjadi asia timur. Zaman ini adalah tempat teknologi berkembang dengan pesat, semua orang di manapun tidak dapat jauh dari teknologi, semua orang dapat mudah berkomunikasi dan mencari informasi. Lain halnya, sehingga manusia lupa pada lingkungan setempat, jangankan bersosialisasi tentang melestarikan florapun manusia terkadang suka melalaikannya.
Di terik matahari yang menyengat ini gedung-gedung tinggi berdiri sehingga mencakari langit berwarna biru tersebut. Pada malam harinya musim gugur tiba, tanaman seperti pohon akan menggugurkan dedaunnya ataupun meranggas, taman-taman bunga di sekitar pun akan ikut merasakan nya. Perlahan-lahan kelopak bunga itu mengatup dan berguguran.
Seorang wanita mengitari jalanan zebra cross itu, dia mengunci persembunyiannya dengan earpon di kedua telinganya, tidak peduli pada semuanya, gadis itu terus berjalan menemani semilir angin yang menusuk tulang, berjalan lurus ke depan.
Ketika langkah kaki itu terhenti pada sebuah rumput dan tanaman, gadis itu menemukan sekotak dus sempat dia mempertanyakan pada warga sekitar di taman tersebut, namun tidak satupun yang mengetahui atau mengaku kotak ini adalah miliknya.
Jemari Nara mengangkat kotak itu dan membawanya pergi, sejak tadi deru napas itu mulai memberat, dia tersampirkan bersamaan meletakkan kotak itu di atas tanah.
Sekali lagi , dia terus menatap ke langit perlahan air matanya turun tak berhenti. Brukk- dia tersungkur di hadapan kotak tersebut dan tidak peduli dengan mantelnya yang baru saja dilaundrynya yang hanya ada di pikirkannya adalah- ” Eriii…” bibirnya mengulum kembali selepas menyebut nama pria yang dipikir-pikir adalah sebagai mantan kekasihnya.
Pagi ini diselimuti dengan embun, Nara Park. Adalah nama asli wanita yang baru saja menginjak usia dua puluh delapan tahun , dia gemar sekali kerapihan. Terbukti pada seisi rumahnya yang hampir berkilau tidak ada debu menempel , perawakan tubuh nya yang semampai adalah nilai tambah bagi kaum pria yang tertarik padanya—Tidak! Nara tidak ingin membahas tentang para lelaki, baginya lelaki adalah sebuah bom di kehidupan nya saat ini mau pun itu di masa depan nanti. Lengan nya terus memegangi gagang pisau untuk memotong beberapa sayuran untuk makan pada hari ini , Drrtt-. “Ya? Ah Yura” dia mengangkat telepon , dan meletakkan pisau dan segalanya di atas meja pantry , duduk di atas sofa sambil mengunyah snack.
“Aku rasa kemarin siswa bernama Terry sudah mengklarifikasi data diri pribadinya… Lusa lalu , ya Lusa lalu,” jawabnya pelan .
“Apa? H-” tak selesai menjawab , Nara mengelikkan bola matanya keluar jendela, ada cahaya terang di luar sana. Cepat-cepat Nara berlari ke arah jendela untuk melihat cahaya apakah itu?
“Yura , sudah dulu nanti ku hubungi lagi” timpalnya, masih dengan perasaan penasaran Nara berjalan ke arah daun pintu rumah nya membuka lebar-lebar lalu berbelok ke arah taman depan rumah nya. “A-astaga! Siapa itu?” Katanya terperangah dari balik tong sampah di dekatnya .
“Siapa k-kau? Hey , bangun!” Nara gugup mengguncangkan tubuh pria yang tak sadarkan diri itu
“Pakaian ? Bunga apa ini?” Tanya Nara setalah sedetik memperhatikan lelaki itu, dia mengambil alih setangkai bunga tulip “Harum sekali” lanjutnya, lalu beranjak dari tempatnya dan saat itu berhenti dan sempat memikirkan keadaan lelaki yang sedang pingsan di sana. “Bagaimana aku membopongnya?”.
***
Sudah terhitung dua belas jam , Nara bosan menunggu lelaki ini siuman sejak ditemukan pagi hari , “Ah-bagaimana aku membopongnya?”
Dia menyeret lelaki itu seperti seorang pembunuh berdarah dingin, Menyeret nya begitu saja sampai ke atas ranjang tidur, Nara terus memperhatikan raut wajah lelaki itu dan Nara tidak ingin mengakui bahwa dia memang tampan tidak seperti pria di Korea pada umum nya, lantas bola matanya melirik ke arah samping ranjang memperhatikan bunga tulip yang berada di atas nakas itu, perlahan mulai bercahaya “O? Bercahaya?” katanya , sedikit terkejut lalu memindahkan bunga tersebut ke dalam gelas kaca dan menyimpannya di dalam sebuah peti.
Sampai pagi hari lagi, Nara terbangun menguap lebar-lebar dan sedikit merelaksasikan badan nya yang terasa pegal, kemudian dia berjalan keluar kamar untuk pergi ke kamar mandi sebelum sampai di kamar mandi Nara melihat ke arah pintu kamar lain yang terdapat lelaki itu .
Nara mengabaikan spekulasi pikirannya, dan kembali melanjutkan aktivitas selanjutnya. Waktu terus bergulir semuanya telah siap, dia kembali menengok ke arah kamar untuk memastikan bahwa lelaki itu sudah sadar atau belum , “hhh..” Nara membuang napas pelan melirik arlojinya yang sebentar lagi akan berangkat ke sekolah untuk mengajar.
“Belum juga bangun, kalau aku tinggal aku takut rumah ku akan di rampok” ucap Nara pada dirinya, dengan melangkah berat Nara terus memikirkan keadaan rumahnya sampai teman sebayanya diabaikan walaupun beberapa kali Yura menanyakan hal yang sama tanpa henti. Geram perlakuan itu , Nara mengajak Yura ke kafetaria dekat gedung sekolah sehabis mengajar.
“Terry Tan ya?” ucap Nara pelan sekali, sampai lelaki bertubuh gempal itu harus duduk untuk mendengarkan suara Nara.
“Ada apa ibu memanggil saya kemari?”kata si murid bertubuh gempal bernama Terry.
“Apa form data dirimu diberikan pada ayah atau ibu mu?” seloroh Nara, Terry diam tidak menjawab.
“Nak , tolong berikan pada salah satu orang tua mu agar mengisi dengan benar.” Sekali lagi Terry tak menjawab malah menunduk. Nara adalah seorang guru, dia mengajar di salah satu sekolah dasar di daerah Seoul dan sudah hampir tiga tahun mengabdi di sekolah ini.
Sebenarnya Nara tidak ada cita-cita untuk menjadi seorang pengajar tetapi pilihan takdir harus dilakoni sampai saat ini, mau tidak mau Nara harus mengikuti alur hidupnya. Kembali lagi pada percakapan mereka.”Ibu ku pergi ke seoul, ibu bilang tidak akan pernah kembali.” Nara tertegun mendengar perungkapan Terry bocah itu sedikit tersendat napasnya dan menangis kencang sekali hingga membuat Nara kelimpungan dan beruntung Yura belum beranjak dari mejanya.
“Nara ada apa?” Yura menghampiri lalu ikut duduk di samping Nara.
“Aku tidak tahu jelas apa yang dibicarakan oleh Terry,” kata Nara cemas, Yura membantu menenangkan bocah kelas empat sekolah dasar itu untuk berhenti menangis dan perlahan tangisannya berhenti, setelah itu Nara juga ikut berpikir alasan Terry menangis.
“Apa mungkin orang tua Terry berpisah?” Nara menatap Yura dan dia pun berpikir hal yang sama.

“Miris sekali , aku kira hanya pria yang egois dan serakah tetapi asumsi itu salah besar.”Nara mendeklarasikan pada Yura setelah mereka sepakat untuk menghantarkan Terry ke rumah nya untuk meminta penjelasan dengan apa yang Terry bicarakan dan ternyata benar orang tua Terry telah berpisah.
“Ah iya , pasal kau terus berhalusinasi. Ada apa? Bukan kah kau sudah move on dari Erii?” tanya Yura sekaligus menggerogoti snacknya yang di pesan.
“Tidak usah menyebut nama nya, aku pusing mendengar nama itu.” Ucap Nara ketus, Nara menghela napas sesaat.
“Kau menghela terus,”Yura melemparkan sebiji snack itu pada Nara yang bersender pada kursi.
“O, iya kemarin ada kejadian yang sungguh aneh di depan taman rumah ku-” Nara memberi jeda sebelum melanjutkan. “-Dan anehnya ada seorang lelaki membawa cahaya itu datang menyala di malam hari. Kau tahu asalnya? Dia berasal dari bunga tulip milik pria tersebut. Ini sungguh mencurigakan.” Nara mengatakan rahasia itu kepada Yura sehingga dia menyingging senyuman miris.
“YAK NARA!” Yura berteriak dan menaikkan bibir kirinya.
“APA?”Sahut Nara tak kalah sambil menekan gendang telinganya.
Yura berpikir dari dulu Nara tidak bisa lepas dari cerita dongeng masa lalunya. Yura menggeleng karena Nara begitu naif dan lucu. “Ada-ada saja ini sudah memasuki tahun dua ribuan kau masih saja melibatkan dongeng,”timpalnya.
“Tapi apa pria itu meninggal?” Nara bertanya-tanya.
***
Nara menuruni anak tangga setelah lama dia menutup matanya, di dalam kamar yang terletak di sebelah kiri tempat lelaki yang sedang terbaring itu. Kakinya melangkah perlahan bersamaan saat ponsel nya terus berdering. Jemari itu mengangkat dan mendengar pesan suara masuk.
“O! Akan ada libur panjang untuk para guru, aku akan pulang ke busan setelah-” Nara melirik ke arah kamar yang pintunya sedikit terbuka, dia berjalan perlahan ke arah kamar lalu menyentuh kenop pintu dan mengerlingkan bola matanya.
” Belum bangung juga? Akan aku kabari kembali, aku harus mencuci baju, Dah!” sambungan ponsel telah usai dia meletakkan ponselnya di sembarang tempat kemudian melangkah menuntun kaki nya ke hadapan ranjang yang terdapat seorang lelaki yang masih terkulai tak sadarkan diri.
Nara memperhatikan lagi jari telunjuknya terangkat ke udara dan saat hendak menyentuh sisir lelaki itu, dia terperanjat karena lelaki itu membeliakkan matanya begitu juga Nara yang teramat terkejut saat lelaki itu menariknya ke atas tubuh lelaki itu, mereka saling menatap satu sama lain seolah-olah waktu telah terhenti.
Nara membelalakkan mata sehingga membuat kedua pipi itu memerah, belum lagi detak jantungnya bergerak sangat cepat sehingga memompa darah panas itu ke sekitar kepalanya.
Sambung ke part berikutnya.

tinggalkan balasan